Pembangunan Sistem untuk Atasi Permasalahan Perunggasan

              Dalam beberapa dekade ke belakang, industri perunggasan nasional berkembang begitu pesat. Industri ini telah bertransformasi menjadi usaha yang strategi dengan berbagai dukungan teknologi yang canggih dan mutakhir pada semua rantai produksinya. Namun demikian, di balik perkembangannya yang begitu pesat, telah terjadi banyak ketimpangan antara perusahaan dan peternak rakyat. Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Muladno selaku Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB dalam sebuah webinar bertajuk Indonesia Livestock Club, Rabu (22/3).

              Ia melanjutkan bahwa hal ini diperparah dengan jalur distribusi penjualan pada ayam yang masih panjang dan sangat konvensional. Belum lagi berbicara tentang persoalan akurasi dan sinkronisasi data produksi ayam yang telah terjadi sejak 20 tahun lalu dan masih belum terselesaikan hingga sekarang.

              “Setelah kami amati dan pelajari, berbagai persoalan perunggasan ini disebabkan oleh pelaku usaha perunggasan yang masih berjalan sendiri-sendiri dan hanya mementingkan dirinya masing-masing,” kata Muladno. Ia menyarankan para peternak kecil untuk mulai bertransformasi dan menjadi perusahaan: yang kecil-kecil harus berhimpun dan bersatu. Inilah yang seringkali disebut sebagai perusahaan kolektif gotong royong.

              Muladno menegaskan bahwa semua bisnis ayam mestinya dijalankan berbasis perusahaan kolektif gotong royong. Karena usaha ini adalah industri, sehingga tidak bisa peternak berjalan sendiri-sendiri. Dari hal tersebut, dirinya mempunyai gagasan terkait sistem integrasi horizontal industri ayam [SINTHIA-Pedaging] yang harus mulai dibangun. Pasalnya permasalahan perunggasan ini tidak bisa diselesaikan secara reaktif dan instan. Harus dengan sebuah sistem yang dijalankan secara berkesinambungan.

              “SINTHIA Pedaging yang saya gagas ini, kuncinya ada pada perusahaan ayam kolektif gotong royong. Boleh berbentuk koperasi atau jenis lain, asalkan bersatu. Nah kalau sudah bersatu, integrasi horizontalnya dengan perusahaan PS dan feedmill. Nah semua ini harus bekerja sama dengan kompak, sehingga bisa bersaing dengan yang besar-besar. Kemudian untuk menjawab persoalan tata niaga, perusahaan kolektif gotong royong ini perlu menggandeng RPHU dan cold storage. SINTHIA Pedaging ini bisa berjalan apabila Perguruan Tinggi dan Pemerintah Kota/Kabupaten ikut serta aktif untuk mendampingi integrasi horizontal ini. Sistem ini bisa skala kecamatan atau kabupaten, yang penting bagaimana keterjangkauan peternak ini bisa bersatu,” paparnya.              

Muladno menandaskan, penyelesaian jangka pendek perunggasan melalui cara bernuansa “pemadam kebakaran” tidak akan pernah berhasil. Hal ini harus diselesaikan dengan membangun sebuah sistem. Dimana SINTHIA Pedaging berbasis konsep sekolah peternakan rakyat (SPR) yang diinisiasi oleh IPB merupakan alternatif yang realistis dan futuristik. GPPU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *