Adopsi Teknologi Perunggasan
Seiring dengan peningkatan perekonomian masyarakat, meningkat pula permintaan akan produk-produk sumber protein hewani, sehingga membuka peluang bagi peternak untuk mengembangkan usaha ternaknya. Ayam pedaging atau broiler sebagai salah satu sumber utama pemenuhan protein hewani masyarakat Indonesia, berkat kemajuan ilmu dan teknologi, dapat diproduksi secara cepat. Namun budidaya ayam broiler yang dikenal pula sebagai ayam modern memerlukan bibit, pakan dan manajemen yang baik. Teknologi peternakan ayam broiler terus berkembang, bahkan hingga ke tingkat pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembudidayaannya, namun belum semua peternak mampu secara efektif mengadopsi teknologi tersebut.
Adopsi merupakan proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu ide, dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan atau penolakan ide tersebut. Kemampuan peternak dalam mengadopsi teknologi sangat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri peternak itu sendiri, serta dari luar diri peternak, juga dari faktor kelembagaan. Perbedaan antara faktor yang membentuk penerimaan ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan adopsi teknologi.
Dengan mengadopsi teknologi diharapkan peternak dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas budidaya ayam yang diupayakannya. Teknologi di budidaya ayam broiler yang saat ini mendesak untuk diadopsi peternak adalah teknologi perkandangan closed house (kandang tertutup) dan teknologi digital yang diterapkan di dalamnya. Dengan pemanfaatan teknologi-teknologi tersebut, akan dapat mendongkrak daya saing, peningkatan efisiensi untuk memenuhi tuntutan pasar, dan menyiasati gejolak perubahan iklim.
Teknologi perkandangan tertutup dimaksudkan untuk menutup kekurangan dari sistem kandang terbuka (open house). Hal itu dikarenakan pada kandang tertutup, semua kondisi yang ada di dalam kandang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ayam, sehingga dapat dioptimalkan performa dan produktifitasnya. Suhu, kelembaban, serta kecepatan angin di dalam kandang dapat diatur sesuai kebutuhan ayam, sehingga zat-zat beracun di dalam kandang dapat dikeluarkan secepatnya sehingga ayam selalu mendapatkan oksigen yang bersih dan mencukupi.
Kelebihan kandang tertutup berikutnya adalah kepadatan ayam per meter persegi dapat dioptimalkan, sehingga hasil per meter persegi akan lebih berat dan seragam dengan didukung oleh kondisi di dalam kandang yang telah diatur sesuai dengan kebutuhan ayam. Kandang tertutup juga lebih efisien secara pemanfaatan lahan, misalnya dengan pembuatan kandang tertutup secara bertingkat.
Teknologi kandang tertutup tersebut sarat dengan pemanfaatan teknologi, sehingga peternak yang tidak mau mengadopsi teknologi perkandangan tersebut dikhawatirkan akan tersingkir pelan-pelan. Hal itu disebabkan persaingan dalam bisnis budidaya ayam saat ini lebih ditentukan pada faktor efisiensi dan kemauan untuk berubah mengikuti perkembangan teknologi yang mendukung.
Apalagi ayam modern saat ini cenderung lebih rentan dan lebih membutuhkan tata laksana pemeliharaan yang lebih rumit sejak dari segi pemilihan sarana produksi ternak (sapronak) dan lingkungan kandang yang harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak, hingga waktu yang tepat untuk pemanenannya. Dengan demikian, dengan pemanfaatan teknologi akan dapat mengontrol budidaya ayam sejak awal sehingga bisa mengoptimalkan performa ayam sesuai dengan kemampuan genetikanya.
Dikutip dari Media Agropustaka (www.agropustaka.id)