Kerjasama Peningkatan Daya Saing Perunggasan Nasional
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Drh Agung Suganda hadir sebagai narasumber kunci mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc., IPU dalam Seminar Nasional bertema “Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan”, yang diselenggarakan oleh Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), di Atria Hotel, Gading Serpong, Tangerang, Rabu (26/9).
Agung Suganda dalam sambutannya menyinggung isu over supply di perunggasan Indonesia yang menurutnya saat ini menjadi “berkah” karena keberlimpahan ini dapat menjadi senjata bagi Indonesia di kemudian hari. Dimana saat ini pemerintah mulai mendorong para pelaku industri perunggasan untuk melakukan ekspor ke negara -negara yang memang membutuhkan dan tertarik dengan produk perunggasan Indonesia.
“Alhamdulillah angka ekspor kita meningkat tiap tahunnya di sektor perunggasan, peluang juga masih terbuka lebar potensi ekspor kita ke negara – negara lain. Saat ini kita sedang menjajaki dengan Arab Saudi dimana kebutuhan protein meningkat ketika musim haji dan jamaah umroh,” tutur Agung. Namun begitu Agung menyebut bahwa daya saing produk perunggasan Indonesia masih kurang kompetitif dibanding produk dari negara produsen lain. Pemerintah juga tidak bisa sendirian mengatasi ini, oleh karena kembali ia menyarankan agar semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait harus bergandengan tangan dalam mengatasinya.
Ia juga menyebut bahwa sesungguhnya permasalahan di sektor perunggasan dalam negeri ini masih sangat banyak. Mulai dari masalah supply – demand produksi dan konsumsi, kenaikan harga bahan baku pakan, kesenjangan antara peternak mandiri dan kemitraan integrator, serta rantai tata niaga yang terlalu panjang sehingga mengakibatkan harga di tingkat konsumen akhir cukup melonjak tinggi daripada harga acuan.
Terkait masalah produksi dan penyediaan GPS, ia juga mengatakan bahwa pemerintah sangat penuh ketelitian dalam menentukan kuota impornya. Hal tersebut perlu dilakukan secara hati – hati karena nantinya juga akan menyangkut masalah stok dalam negeri.
Selanjutnya mengenai harga di tingkat peternak dan konsumen, Agung berujar bahwa Kementan tidak memiliki wewenang untuk mengatur harga, hanya pada keseimbangan produksi dan supply – demand. Ketika fluktuasi harga terjadi, adalah wewenang Kementerian Perdagangan untuk kembali menyeimbangkannya.
“Kementan hanya mengendalikan pengendalian dengan cara cutting. Namun kita sekarang sudah meninggalkan itu, kita melakukan afkir dini karena kalau cutting dampaknya bisa satu bulan ke depan, tetapi kalau afkir (PS) bisa tiga bulan ke depan. Kita juga terus melakukan evaluasi, apakah afkir dan cutting ini sudah sesuai dengan tujuan kita, dan ini kembali lagi pada komitmen pada integrator yang melakukan kegiatan tersebut, pemerintah tidak punya kemampuan untuk mengawasi satu per satu kegiatan afkir dan cutting ini, jadi kita minta komitmen dan kejujurannya,” kata Agung.
Ia juga menyadari kekurangan yang dimiliki pemerintah dalam melakukan pengawasan ini, oleh karenanya pemerintah meminta dilakukan cross monitoring antar pelaku usaha dalam melakukan afkir dan cutting. Itupun menurut Agung masih terdapat banyak kelemahan di berbagai aspek. Oleh karenanya Agung meminta komitmen dari semua pelaku usaha agar kebijakan yang diambil dapat dirasakan secara maksimal.
Dikutip dari Majalah Infovet (www.majalahinfovet.com)
Materi-materi presentasi pada Seminar Nasional “Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan” pada 26 September 2023 dapat diunduh secara gratis di: https://gppu-indonesia.org/category/pustaka/
Rekaman video lengkap Seminar Nasional “Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan” pada 26 September 2023 ini dapat disimak di: https://gppu-indonesia.org/category/gallery/video/