Daging & Telur Ayam vs Stunting

Selain kampanye politik yang kemarin telah berlalu, ada kampanye yang harus teruskonsisten kita gaungkan. Bukan capres dan cawapres, melainkan stunting dan pemenuhan gizi dari produk peternakan di antaranya daging dan telur. Namun, bukan hanya kampanye sehat yang beredar. Masih terdapat juga black campaign yang disadari atau tidak disadari terjadi di kalangan masyarakat pada daging ayam broiler.

Di antaranya seolah-olah masih mengandung hormon, banyak residu obat-obatan yang membahayakan kesehatan manusia dan lain-lain. Hal seperti ini tentu tak asing untuk masyarakat, beragam upaya kampanye juga telah ditempuh oleh akademisi, praktisi, serta stakeholder perunggasan lainnya untuk menampik permasalahan ini, namun isu-isu seperti itu masih saja ada hingga saat ini.

Mengapa isu ini tidak pernah berakhir? Bagaimana meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa daging ayam broiler tidak mengandung hormon? Baiklah, saatnya kita lupakan dan berfokus pada “value” dari daging ayam dan telur.

Telur dan daging ayam merupakan sumber protein hewani yang dianjurkan oleh para dokter dan ahli gizi untuk bisa dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Hal ini dikarenakan kandungan gizi dalam sebutir telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin dalam kandungan dan pertumbuhan anak balita demi mencegah stunting, serta harga telur dan daging ayam pun tergolong murah, mudah didapat.

Banyak publikasi menyebutkan manfaat telur untuk ibu hamil dapat meningkatkan kualitas ASI serta meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan. Kandungan asam amino yang terdapat di dalam telur ayam juga baik untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting sebagai penyusun protein sehingga dapat bermanfaat sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Sehingga telur ayam bernutrisi dan baik untuk kesehatan anak sejak dalam kandungan.

Kemudian untuk daging ayam juga tidak kalah manfaatnya dibandingkan dengan telur. Daging ayam merupakan sumber protein yang baik dan teksturnya juga mudah dicerna oleh anak-anak. Daging ayam mengandung asam amino triptophan yang dikaitkan dengan kadar serotonin (hormon yang membuat bahagia). Oleh karena itu, daging ayam bermanfaat mengatur mood anak menjadi lebih stabil dan tidak mudah tantrum. Daging ayam juga menyediakan vitamin dan mineral yang berperan dalam fungsi otak anak. Daging ayam mengandung vitamin B12 dan kolin, yang bersama-sama dapat meningkatkan perkembangan otak pada anak-anak, membantu sistem saraf berfungsi dengan baik, dan membantu kinerja kognitifnya (sumber: halodoc.com).

Kandungan-kandungan inilah yang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang “si kecil”. Oleh karena itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu sangat baik hingga anaknya mengonsumsi makanan padat. Stunting saat ini sedang menjadi perhatian serius pemerintah. Stunting adalah masalah kesehatan serius yang terjadi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat karena gizi buruk dan perawatan yang tidak memadai. Stunting dapat memiliki dampak luas yang mencakup berbagai faktor. Bahkan stunting dapat memengaruhi anak-anak dalam efek jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam jangka pendek, akan terlihat pengaruhnya terhadap tinggi badan dan berat badan anak. Stunting berpotensi menghambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Masih banyak orang tua khususnya sang ibu, yang menganggap gizi yang baik untuk pertumbuhan janin dan anak harus dengan makanan mahal. Padahal, untuk mencegah stunting tidak perlu mahal, salah satunya bisa dengan rutin mengonsumsi daging dan telur ayam. Perlu diingat kembali bahwa “kewajiban” mengonsumsi telur dan daging ayam bukan hanya saat anak lahir, namun sejak ibu mulai mengandung.

Populasi Ayam Broiler dan Petelur

Pada 2022, tercatat sebanyak 3,11 miliar ekor ayam broiler dan menghasilkan 3,76 juta ton daging ayam, serta 0,38 miliar ekor ayam petelur dengan volume produksi telur ayam mencapai 5,57 juta ton. Belum lagi potensi dari ayam kampung yang jumlah populasinya sebanyak 0,31 miliar ekor (diolah dari data BPS, 2023). Dengan jumlah sepertiga penduduk Indonesia adalah anak-anak, atau setara dengan ±85 juta jiwa, sebetulnya produksi daging dan telur dalam negeri akan mampu untuk mencukupinya.

Sehingga ini merupakan sinergitas antara peternak yang menjadi produsen dan ibu hamil, anak anak sebagai konsumen akan berjalan sangat baik. Belum lagi masyarakat luas yang juga membutuhkan daging dan telur ayam. Dengan begitu, industri peternakan Indonesia mampu menjadi harapan bangsa dalam menyediakan pangan berkualitas. Sehingga kelak juga akan membantu menjamin kesejahteraan peternak. Melalui edukasi dan kesadaran diharapkan daging dan telur ayam dapat mencegah stunting dan membantu anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat dan berkembang yang kelak menjadi generasi harapan masa depan bangsa Indonesia yang tangguh.

Dikutip dari artikel  Ir Rifqi Dhiemas Aji SPt IPP, Konsultan Peternakan PT Natural Nusantara, dan  Dian Nur Amalia SPt MSc, Alumni Dept. Teknologi Hasil Ternak, Fapet UGM di Majalah Infovet (www.majalahinfovet.com)