Menatap Industri Perunggasan di Era 4.0
Era revolusi industri 4.0 menuntut seluruh lapisan masyarakat untuk adaptif terhadap teknologi, termasuk di dalamnya sektor peternakan. Generasi Muda sebagai penerus peternakan, haruslah bersahabat dengan teknologi. Era indstri 4.0 merupakan gabungan teknologi otomatis dengan teknologi cyber, teknologi ada dalam genggaman. Revolusi industri 4.0 di industri perunggasan menerapkan digitalisasi berbasis Internet of think (IoT), Big Data, Machine Learning, Artifical Intelligence (AI), Advanced Robotic, serta Sharing Economy.
Perkembangan industri perunggasan di Indonesia saat ini terfokus pada empat hal. Pertama, berorientasi kepada kebutuhan pelanggan, kemudian beradaptasi dengan IT dan digital, memanfaatkan big data dan jaringan, dan konektifitas hulu dan hilir. Pemanfaatan IoT dalam industri perunggasan mampu mengatur pencahayaan, kelembaban, temperatur, amoniak, kecepatan angin, dan keamanan lingkungan. Semua hal tersebut terhubung dalam panel control yang terintegrasi dengan internet.
Dari sana akan terhimpun dalam Cloud Based Sofware yang mampu memberikan gambaran terkait recording, logistic, serta monitoring. Dari data yang terkumpul, AI akan bekerja menggabungkan sejumlah data, yang dengan cepat mampu mengatur kondisi ternak dalam sebuah usaha peternakan -seperti mengukur kondisi ideal dalam kandang, pemeriksaan kesehatan ternak, serta menentukan program kesehatan yang berorientasi pada kualitas produk.
Saat ini tolak ukur industri perunggasan terletak pada efisiensi dan efektifitas produksi ternak, mampu memberikan visibilitas secara real time, mengotomatisasikan proses manual, dan memberikan nilai tambah pada peternak melalui analisa Big Data. Untuk mengelola itu semua dibutuhkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kearifan, pengalaman, dan sikap kerja yang mumpuni.
Generasi muda harus terus memiliki nilai-nilai tersebut untuk menjawab tantangan industri perunggasan saat ini. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi protein hewani khususnya daging dan telur ayam menjadi kan peluang bagi para generasi muda untuk menjawab tantangan tersebut. Tantangan perunggasan berikutnya yakni tidak adanya jaminan harga pasar di atas harga pokok produksi. Terlebih, bahan baku pakan masih bergantung pada luar negeri, adanya pembatasan dan persyaratan bahan baku impor, keterbatasan bahan baku lokal yang tidak kontinyu dan kualitas masih kurang standar. Panjangnya rantai pemasaran juga menjadi tantangan bagi industri perunggasan Indonesia.
Dengan berbagai tantangan industri perunggasan di Era 4.0 tersebut, maka dengan pemanfaatan beragam teknologi digital berbasis internet of think dan artificial intelligence, maka dapat diupayakan efisiensi dan peningkatan produktifitas perunggasan yang diupayakan.
Dikutip dari kafapet Unsoed (https://www.kafapet-unsoed.com/)