Urgensi Protein Hewani Asal Unggas
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui intervensi gizi merupakan salah satu dasar tercetusnya program makan bergizi gratis. Program ini direncanakan menyasar balita, ibu hamil dan menyusui, santri, dan anak sekolah. Kelompok-kelompok ini dinilai pemerintah sebagai sasaran yang tepat dalam berinvestasi untuk generasi penerus bangsa.
Dalam sebuah seminar bertajuk Nutrition Livestock Forum 2024 yang digelar di Auditorium Kementerian Pertanian, Kamis (28/11), Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof Sandra Fikawati melihat bahwa banyak kalangan yang mulai peduli dan membicarakan terkait gizi remaja. Karena dulu, semua yang dibicarakan hanya terkait gizi 1000 hari pertama saja. Ini merupakan hal yang positif. Pasalnya untuk bisa bersaing dan unjuk gigi dalam ranah global, kecukupan gizi itu harus dipenuhi secara lanjut. Dimana pertumbuhan itu terjadi hingga umur 18-20 tahun.
“Jadi saya kira, program makan bergizi gratis (MBG) yang menyasar hingga anak SMA ini merupakan langkah yang sangat tepat. Mungkin sebagian orang bilang, usia tersebut telah melewati masa perbaikan stunting. Ya memang betul, tapi kita kan tidak bisa lantas membiarkan begitu saja, karena masih ada proses pertumbuhan. Sehingga sudah sangat tepat, apabila sasaran dari MBG ini juga mencangkup anak usia SMP dan SMA,” jelasnya.
Terlebih apabila kita lihat, anak-anak Indonesia itu sangat kurang dalam hal konsumsi protein. Padahal, asupan protein yang memadai sangat penting selama periode anak usia sekolah untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Kalau kita bicara pertumbuhan, maka nomor satu tentu protein. Memang karbohidrat, lemak, dan nutrisi lain itu juga penting. Tapi komponen-komponen tersebut merupakan pendukung dalam hal pertumbuhan anak. Utamanya tetap protein. Dan selama ini, masyarakat kita lebih banyak mengonsumsi protein nabati daripada hewani. Pasalnya protein hewani masih dianggap sebagai pangan yang mahal.
Namun pembiaran akan hal ini juga menjadi tidak tepat, karena protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap dan lebih banyak dibandingkan protein nabati. Selain itu pangan hewani juga memiliki kandungan vitamin dan mineral yang beragam, cukup kaya dan kualitasnya lebih baik dibandingkan pangan nabati.
Untuk itu, program intervensi gizi menjadi suatu hal yang baik bagi anak-anak dan remaja Indonesia. Selain meningkatkan gizi anak, harapannya juga akan membentuk sebuah kebiasaan positif dalam mengonsumsi protein hewani. Selain itu, juga harus dipikirkan bagaimana mencari cara agar protein hewani ini bisa lebih terjangkau bagi masyarakat, bukan justru menghilangkannya dari daftar menu makanan harian.
Bagaimanapun juga protein hewani menjadi hal yang sangat penting. Dimana tubuh yang kekurangan asupan protein hewani akan mengalami gangguan berkurangnya fungsi hormonal, gangguan regenerasi sel, sistem kekebalan tubuh dan massa otot. Dan selanjutnya berdampak pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan seperti terhambatnya pertumbuhan fisik dan gangguan kognitif.
Dan di antara sumber protein hewani yang tersedia, maka sumber protein hewani yang relatif mudah diperoleh, harga terjangkau dan mudah diolah menjadi berbagai masakan lezat adalah sumber protein hewani dari produk hasil unggas yakni daging dan telur ayam.
Dikutip dari Media Agropustaka (www.agropustaka.id)