Memetakan Tantangan dan Peluang Perunggasan Tahun 2024

Dibandingkan komoditas peternakan lainnya, industri perunggasan mempunyai infrastruktur yang paling lengkap. Namun demikian, untuk memajukan industri padat karya tersebut, tak lepas dari berbagai tantangan dan persoalan yang melingkupinya.

Apabila ingin mengurai persoalan industri perunggasan nasional, maka harus dilihat secara komprehensif. Tidak bisa hanya melihat per bagian subsistem saja. Dan persoalan oversupply masih menjadi persoalan klasik yang belum teratasi. Ditambah lagi dengan tingkat konsumsi per kapita masyarakat kita yang masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga di Asia.

Tentu ini juga tugas kita bersama, anggota ISPI sebagai agent of change bagaimana meningkatkan konsumsi per kapita dengan promosi konsumsi secara masif, konsisten dan berkelanjutan. Kemudian panjangnya rantai distribusi juga menjadi persoalan yang terus didengungkan, yang membuat jurang disparitas harga masih menganga lebar,” kata Direktur Pusat Kajian Perunggasan PB ISPI Agus Wahyudi dalam Seminar Ilmiah Nasional ‘ISPI untuk Pembangunan Peternakan Indonesia yang Berkelanjutan” di Bogor pada Jumat, (1/3).

Kemudian di tahun 2024 ini, juga terjadi persoalan penurunan ketersediaan jagung lokal yang membuat harganya meningkat, sehingga berdampak kepada peningkatan biaya produksi di subsistem selanjutnya, baik pada pakan, budi daya hingga harga di konsumen. Agus melihat bahwa produk perunggasan ini banyak dipengaruhi oleh masyarakat tingkat menengah ke bawah. Sehingga ketika terjadi kenaikan harga sedikit, maka mereka akan mengalihkan konsumsinya ke pangan yang lain. Pun pada rumah makan atau restoran kecil, begitu terjadi kenaikan harga, maka mereka akan cenderung mengurangi pembelian.

Ini semua menjadi rangkaian persoalan yang harus diuraikan satu per satu. Persoalan ini sudah ada di depan mata. Selama 4 tahun, fenomena oversupply seringkali terjadi. Banyaknya stock ayam hidup (LB, live bird) yang tertahan di kandang dan terpaksa dijual dengan harga murah. Begitu pun pada cold storage yang juga penuh akhirnya membuat karkas dijual dengan harga murah. Selain itu pemotongan di RPA juga berkurang. Bahkan ada yang bangkrut, dna memilih menjadi trader. Begitu pun pada subsistem hulu, hal ini juga membuat goncangan pada pabrik pakan dan pembibitan.

Di 2024 ini pula, Agus melihat beberapa peluang perunggasan yang bisa dimanfaatkan -mulai dari stock bahan pakan global yang berlimpah sehingga membuat harganya turun, peluang mendorong ekspor dengan memanfaatkan oversupply produksi nasional hingga adanya peluang pemenuhan kebutuhan produk hasil unggas pasca kontestasi politik pemilu 2024.

Dikutip dari  Media Livestockreview (www.livestockreview.com)