Tantangan Peternakan Petelur Mandiri
Dalam menjalankan bisnis dan meningkatkan produktivitas ternak ayam petelur, salah satu tantangannya adalah perihal bahan pakan seperti jagung dan bahan baku lainnya yang diharapkan bisa berimbang dengan harga internasional. Pakan memang mempunyai kontribusi biaya tertinggi dalam usaha ayam petelur. Jumlah pakan/bahan pakan yang dibutuhkan terus meningkat menyebabkan harga pakan melambung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan peningkatan efisiensi.
Tantangan lainnya adalah pola konsumsi musiman dan rantai pasok hingga ke konsumen yang belum tertata rapi, suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat pemeliharaan ayam, serta kandang dan peralatan yang belum sepenuhnya mendukung efisiensi usaha petelur. Hal itu disampaikan oleh Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Hidayaturohman dalam Webinar bertema ‘Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan’. Webinar dilaksanakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Peternakan bersama Majalah Infovet pada Kamis, 21/3).
Hidayaturohman menjelaskan, para pelaku usaha peternakan ayam petelur perlu ada strategi khusus dalam distribusi produk telurnya, yang bisa dipilih dalam beberapa kanal pilihan, seperti menjual telur di daerah lokal, menjual telur ke agen, menjual telur ke penjual ritel, menjual telur ke industri, atau menjual telur langsung ke pasar modern. Beberapa altenatif kanal distribusi penjualan telur tersebut tentu disesuaikan dengan jumlah dan jaringan yang dimiliki peternak yang bersangkutan.
Dalam hal pengelolaan sumber daya manusia (SDM), Hidayat menjelaskan tentang perlunya investasi SDM, penguatan peran kampus dalam penyediaan SDM yang dibutuhkan dunia industri, serta kurikulum kampus yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri.
Dalam hal bahan baku berupa jagung impo,r memang harganya lebih murah, namun ongkos transportasinya cukup besar. Oleh karena itu, bahan pakan sumber energi lainnya seperti ketela, sorgum, dan sebagainya bisa dimanfaatkan. Pakar Nutrisi Unggas BRIN Prof Dr Ir Arnold P. Sinurat MS menawarkan strategi nutrisi untuk meningkatkan efisiensi (ekonomis dan teknis), di antaranya dengan menggunakan bahan pakan yang tersedia dan lebih ekonomis dengan menerapkan prinsip-prinsip formulasi pakan yang benar, menerapkan teknologi seperti penggunaan imbuhan pakan yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam bahan pakan, dapat menggunakan bahan pakan berserat seperti BIS lebih banyak dalam pakan.
“Kemudian dengan menggunakan salah satu produk hasil teknologi dalam negeri yang sudah dihasilkan adalah enzim BS4,” kata Arnold Sinurat. Enzim pemecah serat tersebut dihasilkan dengan membiakkan Eupenicilium javanicum pada substrat bungkil kelapa. Di isolasi dari biji sawit, dimaksudkan untuk meningkatkan kecernaan gizi produk ikutan industri sawit.
Strategi peningkatan efisiensi peternakan ayam petelur berikutnya bisa dilakukan dengan peningkatan aspek kesehatan ternak, yakni penerapan biosekuriti dan imunitas ternak. Cara berikutnya dalah dengan memperpanjang waktu pemeliharaan atau masa bertelur, yang yang disebut sebagai program rejuvenasi. Program ini dinilai dapat menghemat biaya pulet, karena saat ini layer pada umumnya dipelihara umumnya diperliharan sampai dengan umur 90 minggu, sementara umur ayam petelur bisa mencapai 365 minggu atau 7 tahun.
Rekaman video lengkap Webinar ‘Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan’ ini dapat disimak di tautan berikut: https://youtu.be/A0VjuQaywbo
Dikutip dari Majalah Infovet (www.majalahinfovet.com)